Penutupan program bahasa indonesia untuk diplomat asing

Jl. Affandi, Gang Bromo #15A, Mrican, Yogyakarta 55281, Indonesia

+62 851 0147 8518 / +62 274 520341 marketing@wisma-bahasa.com

Penutupan “The Promotion of Indonesian Language for Foreign Diplomats”

Dalam rangka mengembangkan kerja sama antar negara di kawasan Asia Pasifik dan kawasan regional lainnya dibutuhkan suatu program yang berkelanjutan sebagai sarana untuk lebih mengenal bahasa dan kultur kawasan.

Pengembangan kerjasama ini dapat dilakukan melalui pengenalan bahasa-bahasa di kawasan Asia Pasifik yang secara signifikan akan meningkatkan pemahaman diantara bangsa-bangsa di kawasan. Bahasa dapat memainkan peran yang penting dalam menyampaikan informasi yang dapat menciptakan kerja sama, serta meningkatkan interaksi budaya antarnegara.

Berangkat dari kesadaran inilah, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia untuk keenam kalinya sejak tahun 2005 menyelenggarakan program pelatihan bahasa Indonesia bagi para diplomat asing negara-negara sahabat. Pada awal penyelenggaraannya, program ini ditujukan pada negara-negara ASEAN Plus Three. Akan tetapi, sejak tahun 2008 diperluas cakupannya ke negara-negara di kawasan Asia-Pasifik dan kawasan regional lainnya.

Program tahun ini diikuti oleh 13 peserta dari 11 negara, yaitu Thailand, Laos, Myanmar, Vietnam, Filipina, Amerika Serikat, Meksiko, Australia, Palestina, China, dan Papua Nugini. Program ini berlangsung selama 2 bulan.

Meski diselenggarakan lebih singkat, objektif program ini tetap sama dengan program sebelumnya, yaitu untuk meningkatkan kemampuan para diplomat asing untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang budaya Indonesia. Dan untuk kesekian kalinya, Wisma Bahasa mendapat kepercayaan dari Pusdiklat Deplu RI untuk menyelenggarakan program ini.

Bagi Wisma Bahasa, menyelenggarakan program ini merupakan suatu kebanggaan dan kehormatan yang besar karena kami dipercaya menjalankan misi negara dalam melayani tamu negara dari negara-negara sahabat Indonesia.

Selama program, peserta mengalami berbagai kegiatan kebahasaan baik di dalam maupun di luar kelas, kegiatan diskusi, kelas bersama di setiap hari Jumat, presentasi, maupun briefing. Kegiatan belajar dilakukan baik secara individu maupun bersama dalam kelompok dimaksudkan agar pencapaian kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan lancar dalam waktu singkat dan kerja sama antarpeserta dapat dicapai. Selain belajar, peserta juga mendapat briefing tentang budaya dari Pusat Studi Kebudayaan UGM, briefing toleransi antarumat beragama dari Forum Kerukunan Umat Beriman (FKUB), dan briefing dari Pusat Studi Asia Pasifik UGM. Selama program, peserta juga dikunjungi pejabat dari Pusdiklat Kemlu RI.

Untuk menambah pengetahuan maupun kesempatan praktik berbicara, peserta dibawa ke lingkungan sebenarnya dan berinteraksi langsung dengan masyarakat melalui beberapa kegiatan, seperti membeli dan menawar di pasar tradisional, berinteraksi dengan mahasiswa, akademisi, agamawan, pejabat pemerintah hingga berinteraksi dengan masyarakat desa. Mengutip komentar Pak Nimer dari Palestina sesudah mencoba praktik menawar di pasar., beliau mengatakan bahwa selama di Palestina tidak peduli dengan pasar. Tetapi, di Yogya, beliau merasa senang melakukan praktik menawar di pasar.

Kunjungan lapangan (Fieldtrip) dilakukan melalui kunjungan ke berbagai tempat budaya, tempat yang relevan dengan topik yang dipelajari, dan kunjungan ke masyarakat desa. Kunjungan ke tempat-tempat budaya, seperti Candi Borobudur, Prambanan, Kraton Yogyakarta, Makam Raja-Raja Imogiri, maupun Malioboro.

Selain tempat-tempat budaya, kunjungan lapangan juga dilakukan ke beberapa tempat seperti SMP Negeri 2 Jetis Bantul, SD Negeri Tirtoadi Sleman, 2 Pusat Studi UGM, beberapa tempat ibadat (dalam Interfaith Tour), kantor Wakil Gubernur, Desa Wisata Brayut, Harian Kedaulatan Rakyat, dan Jogja TV. Interaksi dengan masyarakat desa dilakukan melalui kunjungan ke Desa Wisata Brayut.

Selain berinteraksi dengan masyarakat desa, peserta juga mengikuti kegiatan budaya seperti kenduri, menari, dan bermain gamelan. Para peserta juga berkesempatan beraudiensi dengan Wakil Gubernur DIY Sri Paku Alam IX. Dalam kesempatan tersebut, peserta mengajukan beberapa pertanyaan seperti pengaruh kunjungan orang asing terhadap upaya menjaga budaya Jawa dan kendala dalam menjalankan 2 fungsi: kepala daerah dan raja.

Pada perayaan Hari Kemerdekaan RI, para peserta berkesempatan mengikuti upacara 17 Agustus di Gedung Agung dan bertemu dengan Gubernur DIY Sri Sultan HB X.

Pengenalan budaya Indonesia selain melalui pengajaran di kelas dan fieldtrip budaya, peserta juga mengikuti program budaya seperti memasak, membatik, menari, bermain gamelan, tradisi Masangin, dan kunjungan ke Festival Kesenian Yogyakarta. Peserta juga berkesempatan merasakan keragaman budaya Indonesia dalam acara “Malam Indonesia” yang melibatkan 4 asrama daerah, yaitu Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sumatera Utara, dan Bali. Pada acara Malam Indonesia ini peserta juga berinteraksi dengan mahasiswa dari beberapa daerah dan mendapat informasi tentang potensi budaya dan wisata daerah.

Selama di Yogyakarta selain berinteraksi dengan sesama peserta, peserta juga berinteraksi dengan 121 murid-murid asing lainnya dari berbagai negara dan berbagai latar belakang organisasi dan profesi. Mereka berasal dari 5 embassy dan organisasi internasional lainnya, 7 organisasi NGO, dan 11 universitas dari berbagai negara di dunia. Interaksi dengan masyarakat internasional di Wisma Bahasa memberikan kesempatan bagi peserta untuk membangun jaringan persahabatan yang tentu saja akan sangat berguna bagi pekerjaan mereka dan membangun persahabatan internasional.

Untuk memperkenalkan program ini kepada masyarakat Yogyakarta, beberapa kegiatan promosi telah dilakukan seperti kunjungan ke Harian Kedaulatan Rakyat, aksi sosial di SD Tirtoadi, dan kunjungan ke SMPN 2 Jetis Bantul. Peserta juga berkesempatan menyampaikan kesan dan pesannya kepada masyarakat Yogyakarta yang disiarkan secara langsung di Radio Swaragama dan Jogja TV.

Setelah menjalani 266 jam dan 44 hari kegiatan program, kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan pengenalan budaya Indonesia para peserta benar-benar diuji pada hari Jumat, 20 Agustus 2010 siang sampai sore saat semua peserta melakukan presentasi dengan topik yang dipilih sendiri oleh peserta.

Akhirnya, pada hari Jumat, 20 Agustus 2010 malam, program ini secara resmi ditutup oleh Pusdiklat Kemenlu yang diwakili oleh Kepala Bagian Diklat Struktural dan Kerjasama Diklat. Bagi Wisma Bahasa, terutama para guru, staff dan peserta program, merupakan pengalaman yang membahagiakan sekaligus menyedihkan. Bahagia, karena setelah selama hampir dua bulan penuh tinggal di Yogyakarta, para peserta telah mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan merasakan pengalaman budaya dan dan tinggal di Yogyakarta. Dalam waktu singkat, para peserta telah mampu berinteraksi dengan masyarakat di Yogyakarta, mengikuti briefing, hingga berdialog dengan Wakil Gubernur DIY. Sedih, karena setelah mengalami kebersamaan selama program, kami harus berpisah dengan mereka.

Wisma Bahasa mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan Pusdiklat Kemlu RI untuk menyelenggarakan program ini untuk kelima kalinya. Terima kasih atas bantuan dan kerja sama berbagai pihak yang telah membantu Wisma Bahasa dalam program ini. Secara khusus, terima kasih kepada: Ibu Dr. Widya Nayati, Kepala PSK UGM, Bpk Kyai Muhaimin, Koord. FPUB, Bpk Prof. Dr. Laksono, Kepala Pusat Studi Asia Pasifik, dan para guru yang dengan setia dan bekerja keras melayani dan mendampingi para peserta serta yang tak kalah penting adalah para peserta yang telah menunjukkan motivasi yang tinggi dan kerja sama yang baik selama program.

Kepada Anda para diplomat muda, terima kasih, Wisma Bahasa boleh melayani Anda. Anda sudah menjadi keluarga Wisma Bahasa. Selamat bekerja, selamat mempraktekkan bahasa Indonesia, dan semoga pengalaman dan pemahaman budaya yang telah Anda peroleh selama di Yogyakarta dapat menjadi pengalaman indah terhadap Indonesia dan menjadi bekal dalam meningkatkan kesadaran akan norma-norma dan nilai-nilai bersama di negara-negara kawasan.

Dalam rangka mengembangkan kerja sama antar negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan kawasan regional lainnya dibutuhkan suatu program yang berkelanjutan sebagai sarana untuk lebih mengenal bahasa dan kultur kawasan.

Pengembangan kerjasama ini dapat dilakukan melalui pengenalan bahasa-bahasa di kawasan Asia Pasifik yang secara signifikan akan meningkatkan pemahaman diantara bangsa-bangsa di kawasan. Bahasa dapat memainkan peran yang penting dalam menyampaikan informasi yang dapat menciptakan kerja sama, serta meningkatkan interaksi budaya antarnegara.

Berangkat dari kesadaran inilah, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia untuk keenam kalinya sejak tahun 2005 menyelenggarakan program pelatihan bahasa Indonesia bagi para diplomat asing negara-negara sahabat. Pada awal penyelenggaraannya, program ini ditujukan pada negara-negara ASEAN Plus Three. Akan tetapi, sejak tahun 2008 diperluas cakupannya ke negara-negara di kawasan Asia-Pasifik dan kawasan regional lainnya.

Program tahun ini diikuti oleh 13 peserta dari 11 negara, yaitu Thailand, Laos, Myanmar, Vietnam, Filipina, Amerika Serikat, Meksiko, Australia, Palestina, China, dan Papua Nugini. Program ini berlangsung selama 2 bulan.

Meski diselenggarakan lebih singkat, objektif program ini tetap sama dengan program sebelumnya, yaitu untuk meningkatkan kemampuan para diplomat asing untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang budaya Indonesia. Dan untuk kesekian kalinya, Wisma Bahasa mendapat kepercayaan dari Pusdiklat Deplu RI untuk menyelenggarakan program ini.

Bagi Wisma Bahasa, menyelenggarakan program ini merupakan suatu kebanggaan dan kehormatan yang besar karena kami dipercaya menjalankan misi negara dalam melayani tamu negara dari negara-negara sahabat Indonesia.

Selama program, peserta mengalami berbagai kegiatan kebahasaan baik di dalam maupun di luar kelas, kegiatan diskusi, kelas bersama di setiap hari Jumat, presentasi, maupun briefing. Kegiatan belajar dilakukan baik secara individu maupun bersama dalam kelompok dimaksudkan agar pencapaian kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan lancar dalam waktu singkat dan kerja sama antarpeserta dapat dicapai. Selain belajar, peserta juga mendapat briefing tentang budaya dari Pusat Studi Kebudayaan UGM, briefing toleransi antarumat beragama dari Forum Kerukunan Umat Beriman (FKUB), dan briefing dari Pusat Studi Asia Pasifik UGM. Selama program, peserta juga dikunjungi pejabat dari Pusdiklat Kemlu RI.

Untuk menambah pengetahuan maupun kesempatan praktik berbicara, peserta dibawa ke lingkungan sebenarnya dan berinteraksi langsung dengan masyarakat melalui beberapa kegiatan, seperti membeli dan menawar di pasar tradisional, berinteraksi dengan mahasiswa, akademisi, agamawan, pejabat pemerintah hingga berinteraksi dengan masyarakat desa. Mengutip komentar Pak Nimer dari Palestina sesudah mencoba praktik menawar di pasar., beliau mengatakan bahwa selama di Palestina tidak peduli dengan pasar. Tetapi, di Yogya, beliau merasa senang melakukan praktik menawar di pasar.

Kunjungan lapangan (Fieldtrip) dilakukan melalui kunjungan ke berbagai tempat budaya, tempat yang relevan dengan topik yang dipelajari, dan kunjungan ke masyarakat desa. Kunjungan ke tempat-tempat budaya, seperti Candi Borobudur, Prambanan, Kraton Yogyakarta, Makam Raja-Raja Imogiri, maupun Malioboro.

Selain tempat-tempat budaya, kunjungan lapangan juga dilakukan ke beberapa tempat seperti SMP Negeri 2 Jetis Bantul, SD Negeri Tirtoadi Sleman, 2 Pusat Studi UGM, beberapa tempat ibadat (dalam Interfaith Tour), kantor Wakil Gubernur, Desa Wisata Brayut, Harian Kedaulatan Rakyat, dan Jogja TV. Interaksi dengan masyarakat desa dilakukan melalui kunjungan ke Desa Wisata Brayut.

Selain berinteraksi dengan masyarakat desa, peserta juga mengikuti kegiatan budaya seperti kenduri, menari, dan bermain gamelan. Para peserta juga berkesempatan beraudiensi dengan Wakil Gubernur DIY Sri Paku Alam IX. Dalam kesempatan tersebut, peserta mengajukan beberapa pertanyaan seperti pengaruh kunjungan orang asing terhadap upaya menjaga budaya Jawa dan kendala dalam menjalankan 2 fungsi: kepala daerah dan raja.

Pada perayaan Hari Kemerdekaan RI, para peserta berkesempatan mengikuti upacara 17 Agustus di Gedung Agung dan bertemu dengan Gubernur DIY Sri Sultan HB X.

Pengenalan budaya Indonesia selain melalui pengajaran di kelas dan fieldtrip budaya, peserta juga mengikuti program budaya seperti memasak, membatik, menari, bermain gamelan, tradisi Masangin, dan kunjungan ke Festival Kesenian Yogyakarta. Peserta juga berkesempatan merasakan keragaman budaya Indonesia dalam acara “Malam Indonesia” yang melibatkan 4 asrama daerah, yaitu Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sumatera Utara, dan Bali. Pada acara Malam Indonesia ini peserta juga berinteraksi dengan mahasiswa dari beberapa daerah dan mendapat informasi tentang potensi budaya dan wisata daerah. Dan malam ini kita akan menyaksikan penampilan dari salah satu peserta Malam Indonesia, yaitu dari Kalimantan.

Selama di Yogyakarta selain berinteraksi dengan sesama peserta, peserta juga berinteraksi dengan 121 murid-murid asing lainnya dari berbagai negara dan berbagai latar belakang organisasi dan profesi. Mereka berasal dari 5 embassy dan organisasi internasional lainnya, 7 organisasi NGO, dan 11 universitas dari berbagai negara di dunia. Interaksi dengan masyarakat internasional di Wisma Bahasa memberikan kesempatan bagi peserta untuk membangun jaringan persahabatan yang tentu saja akan sangat berguna bagi pekerjaan mereka dan membangun persahabatan internasional.

Untuk memperkenalkan program ini kepada masyarakat Yogyakarta, beberapa kegiatan promosi telah dilakukan seperti kunjungan ke Harian Kedaulatan Rakyat, aksi sosial di SD Tirtoadi, dan kunjungan ke SMPN 2 Jetis Bantul. Peserta juga berkesempatan menyampaikan kesan dan pesannya kepada masyarakat Yogyakarta yang disiarkan secara langsung di Radio Swaragama dan Jogja TV.

Setelah menjalani 266 jam dan 44 hari kegiatan program, kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan pengenalan budaya Indonesia para peserta benar-benar diuji siang hingga sore ini saat semua peserta melakukan presentasi dengan topik yang dipilih sendiri oleh peserta.

Tiba saatnya program ini harus berakhir. Bagi Wisma Bahasa, terutama para guru, staff dan peserta program, merupakan pengalaman yang membahagiakan sekaligus menyedihkan. Bahagia, karena setelah selama hampir dua bulan penuh tinggal di Yogyakarta, para peserta telah mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan merasakan pengalaman budaya dan dan tinggal di Yogyakarta. Dalam waktu singkat, para peserta telah mampu berinteraksi dengan masyarakat di Yogyakarta, mengikuti briefing, hingga berdialog dengan Wakil Gubernur DIY. Sedih, karena setelah mengalami kebersamaan selama program, kami harus berpisah dengan mereka.

Wisma Bahasa mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan Pusdiklat Kemlu RI untuk menyelenggarakan program ini untuk kelima kalinya. Terima kasih atas bantuan dan kerja sama berbagai pihak yang telah membantu Wisma Bahasa dalam program ini. Secara khusus, terima kasih kepada: Ibu Dr. Widya Nayati, Kepala PSK UGM, Bpk Kyai Muhaimin, Koord. FPUB, Bpk Prof. Dr. Laksono, Kepala Pusat Studi Asia Pasifik, dan para guru yang dengan setia dan bekerja keras melayani dan mendampingi para peserta serta yang tak kalah penting adalah para peserta yang telah menunjukkan motivasi yang tinggi dan kerja sama yang baik selama program.

Kepada Anda para diplomat muda, terima kasih, Wisma Bahasa boleh melayani Anda. Anda sudah menjadi keluarga Wisma Bahasa. Selamat bekerja, selamat mempraktekkan bahasa Indonesia, dan semoga pengalaman dan pemahaman budaya yang telah Anda peroleh selama di Yogyakarta dapat menjadi pengalaman indah terhadap Indonesia dan menjadi bekal dalam meningkatkan kesadaran akan norma-norma dan nilai-nilai bersama di negara-negara kawasan.

One thought on “Penutupan “The Promotion of Indonesian Language for Foreign Diplomats””

  1. I was suggested this website by my cousin. I’m not certain whether or not this post is written through him as no one else recognise such distinct about my difficulty. You’re incredible! Thank you!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.