Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia, termasuk mobil, kian bertambah. Tidak ada pembatasan terhadap jumlah mobil di negara ini. Seringkali kepemilikan mobil menjadi salah satu penentu status sosial seseorang. “Wah, sekarang dia sudah punya mobil. Jumlahnya dua lagi!”
Ekspresi kalimat seperti itu sering terdengar dari mulut orang Indonesia. Juga ekspresi seperti, “Mobilnya bermerek anu!” Memang, tidak banyak orang Indonesia yang bermobil jika dikalkulasi dalam prosentase. Dan ironisnya, semua mobil termasuk barang impor karena hingga kini Indonesia belum memiliki perusahaan otomotif yang memproduksi mobil, hanya sebatas karoseri.
Tentu saja, mobil terbanyak ada di Jakarta dengan plat nomor depannya berhuruf B. Plat nomor AB (asal Yogya) atau DK (asal Bali) bukanlah urutan berikutnya. Masih ada kota-kota lain yang memiliki jumlah kendaraan bermotor terbanyak berikutnya.
Saking banyaknya, di Jakarta nomor seri di belakang angka bukanlah satu digit atau dua digit huruf lagi (seperti umumnya di daerah lain), tetapi tiga digit huruf. Mungkin Anda akan melihat sebuah mobil dengan plat nomor B-1234-GHJ. Nomor yang cukup panjang dari suatu wilayah B (Jakarta) lalu nomor seri 1234 dan tiga huruf lainnya (GHJ) sebagai pemilah dengan nomor seri B-1234 lainnya. Baru Jakarta yang punya tiga seri huruf di belakangnya.
Ada orang tertentu yang dapat memesan nomor spesial yang dapat dibaca seperti B-10-LA (Biola), R-1-DA (Rida), atau nomor spesial lainnya seperti AB-1234-QQ. Akan tetapi, nomor-nomor tersebut bukanlah petunjuk identitas kepemilikan mobil karena tidak mudah memperoleh nomor spesial seperti itu.
Identitas kepemilikan mobil biasanya ditandai oleh apa yang tergantung di kaca spion tengah mobil. Ada yang berupa tasbih, tanda salib, simbol militer, ketupat, boneka, bendera merah putih, atau benda-benda kecil lainnya yang mudah digantungkan. Kadangkala berupa kaligrafi bertuliskan Allah.
Tanda tasbih jelas-jelas menunjukkan identitas pemiliknya yang muslim. Mungkin tidak hanya sekedar muslim, tetapi seorang muslim yang alim, yang religius. Tasbih yang digantung di kaca spion tengah mobil seringkali menjadi semacam jimat untuk keselamatan.
Identitas bisa ditunjukkan dengan simbol-simbol tertentu. Seringkali simbol-simbol itu juga menjadi penunjuk status sosial seseorang seperti yang pernah dikemukakan oleh C.S. Peirce ataupun U. Eco.
NB: Guru Anna masih bingung membedakan tasbih dengan rosario.
– pembatasan: restriction, limitation
– kaca spion: rearview mirror
– saking (karena terlalu banyak): because too many
– tasbih: prayer beads for Muslim
– ketupat: a type of rice cake wrapped in woven coconut leaves
Tasbih = org Muslim
Rosario = org Katolik
Juga ada Mala = org Buddha
Alat hitungan! 😀