Tulisan ini sudah dipresentasikan oleh penulis* sendiri di Wisma Bahasa beberapa tahun yang lalu, tentang pengalaman dan pendapat penulis sebagai pelajar bahasa Indonesia di Wisma Bahasa. Presentasi tersebut merupakan tes akhir penulis belajar bahasa Indonesia di Wisma Bahasa dan presentasi pertama penulis dalam bahasa Indonesia. Berikut ini tulisannya:
Saya ingat cerita dari mantan Duta Besar Australia di Indonesia sekitar tahun 1970-an, yaitu Pak Richard Woolcott, seorang diplomat Australia yang terkenal di Australia. Dalam buku tentang hidup beliau sebagai diplomat, yang beliau tulis baru-baru ini, ada cerita tentang pidato yang pertama beliau dalam bahasa Indonesia. Beliau berpidato di Mataram, Lombok; pada waktu itu Gubernur Propinsi ini dan isterinya menghadiri acara tersebut. Sesudah dua atau tiga kalimat pidato ini, isteri Gubernur mengatakan kepada isteri Dubes, dalam Bahasa Inggris yang sempurna: “Maaf, tetapi suami Anda berpidato dalam bahasa apa?” Saya mengharapkan pengalaman itu tidak terjadi dara diri saya, dan presentasi saya bisa sedikit lebih mudah saudara-saudara mengerti.
Saya pegawai negri Australia, yang bekerja dengan DEPLU Australia. Mulai bulan Juli yang akan datang, saya akan bekerja dengan Kedutaan Besar Australia sebagai Kepala Bagian Politik, selama tiga tahun. Tetapi, sebelum saya mulai pekerjaan itu, saya harus menyelesaikan pelajaran bahasa Indonesia saya. Pelajaran tersebut mulai dengan empat bulan di Canberra, Australia. Bulan Maret, saya datang ke Yogyakarta untuk menyelesaikan pelajaran saya selama empat bulan di Wisma Bahasa, sekolah yang profesional sekali di Yogyakarta. Selama delapan bulan ini, saya tidak ada tanggung jawab lain – pekerjaan saya adalah untuk memperlancar bahasa Indonesia saya. Tentu saja, saya beruntung sekali mendapatkan kesempatan seperti ini. Tetapi pemerintah Australia mengerti bahwa diplomat Australia di Indonesia harus mempunyai kemampuan untuk berbicara bahasa Indonesia. Sebagai diplomat, kemampuan untuk berbicara bahasa asli penting sekali tidak hanya untuk mengerti politik, pejabat pemerintah dan media, tetapi juga untuk mengerti bagaimana budaya dan cara berpikir orang Indonesia. Saya senang sekali bahwa semua orang yaitu sebanyak sepuluh orang yang bekerja di bagian Politik di Kedutaan Besar Australia di Jakarta bisa berbicara bahasa Indonesia – dan ada banyak orang Australia lain yang bekerja dalam Kedutaan Besar Australia yang juga bisa berbicara bahasa Indonesia.
Saya sudah menjelaskan sedikit latar belakang saya untuk memperlihatkan bahwa pendapat saya mungkin bukan pendapat yang biasa dari pelajar asing yang ingin berbicara bahasa Indonesia. Saya juga harus menjelaskan bahwa semua pendapat dalam presentasi ini bukan pendapat resmi dari Australia, tetapi pendapat perseorangan, sebagai salah seorang pelajar bahasa Indonesia.
Ketika saya diberitahu bahwa saya akan ditempatkan di Jakarta, dan ada 8 bulan untuk belajar bahasa Indonesia, banyak teman-teman saya mengatakan kepada saya – “8 bulan, tidak apa-apa – untuk belajar bahasa Indonesia cukup mudah”. Tetapi saya berpikir bahwa kenyataannya adalah bahwa bahasa Indonesia hanya “mudah” kalau maksudnya adalah untuk berbicara bahasa Indonesia sebagai turis. Kalau ingin mengerti bahasa Indonesia lebih dalam , kalau ingin mempunyai kosakata yang luas, kalau ingin membaca surat kabar dan menonton televisi dan mengerti semuanya, harus bekerja keras. Harus makan cukup banyak waktu untuk belajar bagaimana bentuk, penggunaan dan budaya, bahasa Indonesia.
Ketika saya mulai kelas-kelas pertama saya di Canberra, saya menyadari bahwa saya beruntung sekali untuk punya seorang guru dari Indonesia yang tidak ingin memberitahu saya kata-kata dan tata bahasa saja, tetapi juga ingin mengajar tentang budaya Indonesia. Ketika saya belajar, saya makan makanan Indonesia, membahas tentang sejarah Indonesia, menonton acara televisi dari Indonesia, dan membaca Koran Indonesia. Praktik ini saya lakukan terus di Wisma Bahasa. Di Wisma Bahasa saya mempunyai lima guru yang bagus sekali. Saya juga mempunyai kesempatan untuk membuat “field trips” supaya bisa bertemu dengan ahli akademis, pejabat pemerintah, dan anggota beberapa LSM. Semua itu membantu saya untuk mengerti konteks untuk bahasa baru ini, dan memastikan bahwa pengalaman saya jauh lebih kaya. Pendapat saya adalah bahwa, tanpa konteks seperti ini, tidak bisa benar-benar mengerti bahasa Indonesia.
Sebelum saya mulai belajar, saya sudah tahu sedikit tentang asal-usul bahasa Indonesia. Tetapi saya terkejut ketika saya menyadari bahwa bahasa Indonesia dipengaruhi oleh beberapa bahasa lain – tidak hanya bahasa Belanda, tetapi juga bahasa Arab, bahasa Sansekerta, bahasa Inggris, bahasa Portugis, dan khususnya bahasa Jawa. Untuk saya, pengaruh seperti ini mewakili kekuatan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia mempersatukan semua pengaruh ini dan menciptakan bahasa baru – yaitu satu bahasa untuk semua negara ini. Sebagai orang Australia, konsep itu menyenangkan saya – oleh karena negara dan budaya Australia dibentuk dari banyak budaya dan warga yang berasal dari negara lain. Pengaruh-pengaruh ini memastikan bahwa budaya dan hidup Australia kaya dan menarik. Ini sama dengan bahasa Indonesia.
Pengaruh ini tidak jalan satu arah. Bahasa Indonesia sudah memberi kata-kata ke bahasa Inggris . Contohnya adalah “mengamuk” – “to run amok”. Walaupun kami tahu konsep ini, kami perlu kata dari bahasa Indonesia untuk menggambarkan konsep ini. Juga, ketika saya belajar kata “Belanda”, saya menyadari bahwa sebuah suku pribumi di Australia Utara, dari Arnhem Land, memakai kata sama dalam bahasanya, yaitu bahasa Yolgnu, untuk “orang putih”. Kelihatannya bahwa orang Makasar, yang ada hubungan kuat dengan orang pribumi Australia Utara dari berabad-abad yang lalu, membawa kata itu dari Makasar ke Australia.
Menurut saya, salah satu hal yang paling menarik tentang bahasa Indonesia adalah bagaimana bentuk bahasa. Sebagai orang yang berbicara bahasa Inggris sebagai bahasa pertama, bentuk bahasa Indonesia berbeda sekali dibandingkan bahasa Inggris. Pertama, ada sistem afiks dan sufiks untuk membentuk kata kerja dan kata benda. Sistem ini masuk akal. Artinya bahwa dengan banyak kata, kalau seseorang tahu kata dasar, bisa membentuk kata kerja, kata benda, dan mungkin kata sifat juga. Sebagai mahasiswa bahasa Indonesia, berita ini menyenangkan sekali. Tetapi, pasti bahwa ada beberapa kekecualian – atau perangkap. Misalnya, sekarang saya tahu bahwa “meninggal” dan “meninggalkan” punya arti yang berbeda sekali. Juga, bentuk ini artinya bahwa Kamus bahasa Indonesia harus digunakan secara berbeda sekali dibandingkan kamus bahasa Inggris. Selama tiga minggu pertama belajar, ketika saya tidak tahu tentang konsep “kata dasar”, kamus Indonesia membingungkan sekali.
Salah satu hal lain yang penting sekali adalah bagaimana “waktu” diperlakukan. Dalam bahasa Inggris, dan beberapa bahasa yang lain, ada “tenses” atau “masa” – yang artinya bahwa kata kerja harus diubah untuk menunjukkan kapan suatu tindakan itu terjadi. Ketika saya belajar bahasa Spanyol, saya harus belajar 14 tenses. Oleh karena itu, ketika saya diberitahu bahwa tidak ada “tenses” di bahasa Indonesia, saya senang sekali. Tetapi ini artinya, untuk orang asing, bahwa kadang-kadang mereka akan mempunyai masalah kalau mereka mencoba menerjemahkan kapan sebuah tindakan itu terjadi. Kadang-kadang, kami tidak bisa mengerti kalau tindakan sudah terjadi atau akan terjadi. Saya menyadari bahwa saya harus bersantai dan menerima kenyataan ini, dan mencoba mengerti “masa” dari konteks. * Michael Bliss – staff Kedutaan Australia (bersambung)
wah aku malah ga ngerti tata bahasa indonesia yg baik dan benar hi hi hi
minta dong nama pelajar asing yang fasih berbahasa indonesia and kalau bisa nama facebooknya
Terrific work! That is the kind of information that should be shared around the internet. Shame on Google for no longer positioning this post higher! Come on over and seek advice from my site . Thank you =)
keren.. ada juga bule tau tata bahasa indonesia… 🙂
Betul sekali, bahasa indonesia tidak memiliki tenses seribet bahasa inggris, itulah keunikannya yang mungkin menjadi keunikan sekaligus PR buat orang-orang asing.
Wah, bagus sekali komentarnya dalam bahasa Indonesia. Meskipun saya masih menemui beberapa padanan kata yang masih agak kurang sesuai. But, overall it’s pretty good.
Bhasa indonesia memang mudah kok….cuma sy skrg bljar bhasa inggris
Artikel yang sangat bagus penuh dengan wawasan Membuat saya ingin terus membacanya
Terima kasih