Ekspresi pertarungan dua reptil tak sebanding ini muncul akhir-akhir ini. Di sejumlah koran dan media elektronik, pernyataan ini dipergunakan untuk menggambarkan pertarungan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dengan kepolisian (Bareskrim), dua lembaga yang sama-sama menyidik perkara kriminal, dalam konteks ini tentu saja korupsi.
Istilah cicak vs buaya konon dimunculkan oleh pihak kepolisian, kepala Bareskrim, yang merasa disadap teleponnya oleh pihak KPK; lalu menyeret dua pimpinan KPK sebagai tersangka penyalahgunaan wewenang (bukan dugaan suap seperti yang selama ini dialamatkan). Bagi pihak KPK, hal ini berarti diberhentikan sementara dari jabatannya. Padahal sebelumnya ketua KPK sudah diperkarakan oleh kasus pembunuhan. Praktis, pimpinan KPK tinggal dua orang (dari lima orang jajaran pimpinannya).
Kasus pertarungan cicak vs buaya ini masih terus berlangsung. Belum tahu siapa yang benar dan yang salah. Belum tahu siapa bakal jadi pemenang, meski sang buaya jauh lebih dominan jika dibandingkan dengan sang cicak.
Saya belum pernah mendengar istilah ini sebelumnya. Pertarungan antara hiu dan buaya pernah saya dengar sebelumnya. Di muara Sungai Brantas, dulu pernah bertemu seekor hiu (Sura) dengan buaya (Baya) lalu terjadilah pertarungan seimbang keduanya. Di daerah ini kemudian diberi nama Surabaya (ibukota Provinsi Jawa Timur), dari kata sura dan baya. Jika Anda berkunjung ke kota terbesar kedua di Indonesia ini, Anda dapat melihat sebuah monumen yang menggambarkan pertarungan antara hiu dan buaya.
Dalam tradisi Yahudi, ada ekspresi yang menggambarkan pertarungan tak berimbang antara David (manusia biasa) dengan Goliat (sang raksasa). Dengan kecerdikannya, David bisa mengalahkan sang raksasa.
Dalam tradisi Jawa dan Melayu dikenal cerita binatang (fabel) dengan tokoh utamanya bernama Kancil atau Pelanduk. Hewan sejenis rusa yang kecil ini bisa mengalahkan buaya dan harimau dengan menggunakan otaknya, dengan kelicinan tindakannya.
Terhadap cicak vs buaya akhir-akhir ini, tampaknya banyak elemen masyarakat yang membela sang cicak. KPK cenderung ditempatkan sebagai protagonis sehingga banyak yang mendukungnya. Ada sinyalemen sang buaya merasa marah manakala disadap teleponnya gara-gara dicurigai terlibat kasus Bank Century.
Dalam cerita-cerita legendaris, tidak selamanya sang lemah otomatis dikalahkan oleh sang perkasa. Bisa jadi, sang cicak bertiwikrama menjadi komodo lalu melibas sang buaya.
NB:
– Johana murid Wisma Bahasa dari Jerman bingung bedakan cicak dengan tokek.
– David, murid Wisma Bahasa juga, dari Amerika bingung yang benar cicak atau cecak.
– tersangka penyalahgunaan wewenang: suspect abuse of authority