Are you a cafephile? If yes, then you are lucky to live in Indonesia. As one of the largest coffee producing countries in the world, Indonesia certainly has many coffee variants which will indulge any coffee enthusiast. From robusta to arabica, Indonesia coffee production reaches 641,833 tons each year.
You can easily find coffee shops in Indonesia. Drinking coffee and tea has been ingrained in Indonesians’ daily lives. Whenever we visit an Indonesian house, the host will definitely offer coffee as an option for your drink. However, behind a cup of steaming hot coffee and delicious aroma, there is a history of coffee that is quite interesting for us to see.
The history of the origin of coffee itself goes back 3,000 years in Africa. The benefits of coffee beans began to be appreciated at that time and entered Indonesia in the 17th century. It were later brought by the Dutch who were eager because the climate in their country does not allow coffee to grow properly. The first coffee seeds in Indonesia were sent by the Dutch Governor in Malabar, India, which is an Arabica type originating from Yemen. The coffee seeds were sent to the Dutch governor in Batavia in 1696. Unfortunately, the seeds failed to grow due to the flood.
It was only in 1711 that coffee was successfully grown and exported from Java to Europe through the Dutch trading company, VOC (Verininging Oogst Indies Company). For 10 years, coffee cultivation in Batavia continued to grow rapidly and succeeded in providing enormous profits for the Netherlands. Because of this promising profit, the Dutch then expanded coffee plantations in Indonesia and planted coffee in other parts of Indonesia such as West Java, North Sumatra, Aceh, Bali, Sulawesi and Papua. Almost every Indonesian coffee is grown in highland areas with good soil fertility and weather. That is why, coffee products in Indonesia have succeeded in creating various types of Nusantara coffee with the best quality and has become popular in the world.
Some of the popular Indonesian coffees widely known for their delicious taste are Gayo coffee, Kalosi Toraja coffee, Lampung opi, Kintamani Bali coffee, Preanger Java coffee, and Papua Wamena coffee. Each coffee bean has distinctive flavor, Gayo coffee for example, has a medium acidity with a strong floral and fruity aroma, in contrast to Kintamani coffee which is higher in acidity but has a floral fragrance and a hint of lemon flavor. If you prefer a light coffee flavor with a touch of chocolate and a hint of tobacco, you can try Papua Wamena coffee. In addition to the distinctive taste of each coffee bean, the various styles of brewing coffee today also affect the aroma and flavor. With rich taste and health benefits when consumed in moderation, no wonder that coffee has always been one of the globally preffered beverage. Have you had your coffee today?
Source: Kumparan food & travel
Anda penggemar kopi? Bila jawabannya ya, maka Anda beruntung tinggal di Indonesia. Sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, Indonesia tentulah memiliki banyak varian kopi yang bisa memanjakan selera para penggemar kopi mana pun. Dari jenis robusta hingga arabika yang dihasilkan Indonesia mencapai 641.833 ton kopi per tahunnya.
Tak sulit bagi kita menemukan warung kopi di Indonesia. Kebiasaan meminum kopi dan teh bagi orang Indonesia nyaris sudah mendarah daging. Bila kita bertamu pun tuan rumah pasti akan menawarkan kopi sebagai salah satu alternatif minuman. Namun, dibalik secangkir kopi panas yang mengepul dan beraroma sedap, ada sejarah hadirnya kopi yang cukup menarik untuk kita simak
Sejarah asal muasal kopi sendiri berawal 3.000 tahun lalu di Afrika. Biji kopi telah mulai dinikmati manfaatnya pada saat itu tetapi baru masuk ke Indonesia pada abad ke-17 dan dibawa oleh Belanda yang merasa putus asa karena iklim di negaranya yang tidak memungkinkan kopi tumbuh dengan baik. Bibit kopi pertama di Indonesia dikirim oleh Gubernur Belanda di Malabar, India, yakni berjenis arabika yang berasal dari Yaman. Bibit kopi itu dikirim kepada Gubernur Belanda di Batavia pada tahun 1696. Sayangnya, bibit itu gagal tumbuh akibat banjir.
Barulah pada tahun 1711, kopi berhasil ditanam dan diekspor dari Jawa ke Eropa melalui perusahaan dagang Belanda, VOC (Verininging Oogst Indies Company). Selama 10 tahun, budi daya kopi di Batavia terus berkembang pesat dan berhasil memberikan keuntungan yang sangat besar bagi Belanda. Karena keuntungan yang menjanjikan inilah kemudian Belanda memperluas perkebunan kopi di Indonesia dan menanam kopi di daerah lain di Indonesia seperti di Jawa Barat, Sumatra Utara, Aceh, Bali, Sulawesi hingga Papua. Hampir semua kopi Indonesia ditanam di daerah dataran tinggi dengan tingkat kesuburan tanah dan cuaca yang baik. Itulah kenapa, hasil kopi di Indonesia berhasil menciptakan berbagai jenis kopi Nusantara berkualitas terbaik dan menjadi favorit di dunia.
Adapun beberapa kopi Nusantara yang saat ini dikenal luas karena kenikmatan cita rasanya yaitu kopi Gayo, kopi Kalosi Toraja, kopi Lampung, kopi Kintamani Bali, kopi Jawa Preanger, dan kopi Papua Wamena. Setiap biji kopi mempunyai kekhasan dalam hal rasa, kopi Gayo umpamanya, memiliki tingkat keasaman sedang dengan aroma bunga dan buah yang kuat, berbeda dengan kopi Kintamani yang lebih tinggi tingkat keasamannya tetapi memiliki rasa harum bunga dan sedikit sentuhan rasa lemon. Kalau Anda lebih suka rasa kopi yang ringan dengan sentuhan aroma cokelat dan sekilas rasa tembakau, Anda bisa mencoba kopi Papua Wamena. Selain rasa khas dari tiap biji kopi, macam-macam gaya penyeduhan kopi saat ini pun mempengaruhi aroma dan rasa yang disajikan. Dengan kekayaan rasa dan manfaat bagi kesehatan bila dikonsumsi secukupnya, tentu tak heran bila kopi selalu menjadi salah satu pilihan minuman yang mendunia.
Di Wisma Bahasa disediakan kopi bubuk atau seduh secara gratis. Namun juga disediakan kopi yang berbayar, yaitu kopi Lampung, Rp 5.000 per cangkir. Selamat ngopi!
Sumber: Kumparan food & travel