Initially, eating activities were only categorized as primary needs, now eating and food activities themselves are increasingly shifting to become tourism activities to have class values. Almost all parts of society try to get good quality and sufficient quantity food. Food production, which is increasing in number in every part of the world, apparently does not go together with by optimal distribution or consumption. Several natural to social factors in food cause serious problems namely food waste.
Food waste can come from the process of production, distribution, to consumption. Food waste produced by developing countries has a pattern that comes from bad seeds and crop failure, poor storage of foodstuffs, uneven distribution, and a middle-class lifestyle that is closely related to consumerism.
Food waste comes from two sources, namely food loss and food excess. Food loss derived from unprocessed food, while food excess comes from the industrial processed food but are not consumed, and the leftover which is not wisely used.
The impact of food waste, such as environmental pollution and hunger, is now being exacerbated by increasingly alarming impacts such as global warming to diseases that cause death. The issue related to food waste is currently the responsibility of all levels of society, from individuals to industries.
The effort to produce minimal waste at home to the intervention on mass producers, as well as policies to be more concerned about the problem of food waste have been carried out. The movement to start paying attention to what is eaten, how to eat it, and minimizing the amount of food waste that is collectively produced will have a major impact environmentally and socially. If done successfully, the awareness to get out of the consumerist lifestyle will progressively increase.
The impact of food waste that we have now felt and encountered will gradually diminish with the collective efforts of the community. Without realizing it, it turns out that the existing traditions and culture in Indonesia have taught the values of simplicity in carrying out daily consumption and distribution of excess food.
From generation to generation in Indonesia, there are many suggestions and warnings from our ancestors we often hear every day as a child, such as rice will cry if we do not finish the meal, The chickens will die from leaving food. The next sentence that is also often heard is the teaching to stop eating even before being full. It to remind us that overeating will only cause disease and also food waste. Those sentences further teach us to minimize the leftover.
Tradition in Indonesia itself has also taught us to share with others, as a form of caring and belonging. The tradition of eating together such as Kembulan in Java, eating Bajamba in West Sumatra, Megibung in Bali, Gunungan in Yogyakarta and others show these values. If you look carefully, the solution to food waste itself already exists in the traditions of Indonesian society.
Kegiatan makan yang sebelumnya hanya dikategorikan sebagai kebutuhan primer, kini aktivitas makan maupun pangan sendiri semakin bergeser menjadi kegiatan wisata hingga memiliki nilai kelas. Hampir seluruh bagian masyarakat berusaha mendapatkan makanan dengan kualitas yang baik serta kuantitas yang mencukupi kebutuhan. Produksi makanan yang semakin banyak di setiap bagian dunia ternyata tidak diiringi dengan distribusi maupun konsumsi yang optimal. Beberapa faktor alami hingga sosial pada pangan menimbulkan masalah serius, yaitu sampah makanan. Sampah makanan bisa datang dari proses produksi, distribusi, hingga konsumsi. Sampah pangan yang dihasilkan oleh Negara berkembang memiliki pola yang berasal dari bibit yang jelek dan gagal panen, penyimpanan bahan makanan yang buruk, distribusi yang tidak rata, serta gaya hidup kelas menengah yang erat dengan konsumerisme. Kelemahan finansial dan struktural ini menyebabkan kerugian mencapai USD 310 milyar. Sampah pangan berasal dari dua sumber, yaitu food loss dan juga food waste. Food loss berasal dari pangan yang belum diolah, sedangkan Sedangkan food waste berasal dari sampah makanan sisa industri yang telah diolah tetapi tidak dikonsumsi, dan juga sisa konsumsi yang tidak dimanfaatkan dengan bijak. Dampak dari sampah pangan seperti pencemaran lingkungan dan kelaparan kini semakin parah dengan dampak yang semakin mengkhawatirkan seperti global warming hingga penyakit penyebab kematian. Isu terkait food waste saat ini menjadi tanggung jawab bagi seluruh lapisan masyarakat mulai dari individu hingga industri. Upaya dari dalam rumah untuk menghasilkan sampah yang minimal, hingga intervensi terhadap pihak produsen massal dan kebijakan untuk lebih peduli terhadap permasalahan sampah pangan telah dilakukan. Gerakan untuk mulai memperhatikan apa yang dimakan, bagaimana memakannya, dan meminimalisir jumlah sampah makanan yang dihasilkan secara kolektif akan berdampak besar terhadap lingkungan dan juga sosial. Jika dilakukan secara optimal, kesadaran untuk keluar dari gaya hidup konsumerisme akan mengikis sedikit demi sedikit.
Dampak food waste yang kini telah kita rasakan dan jumpai sedikit demi sedikit akan berkurang dengan upaya kolektif dari masyarakat jika telah mengetahui bahaya lingkungan dan sosial. Tanpa kita sadari, ternyata tradisi dan kebudayaan yang ada di Indonesia telah mengajarkan nilai-nilai kesederhanaan dalam melakukan konsumsi sehari-hari maupun distribusi terhadap makanan yang berlebih. Secara turun temurun, banyak anjuran maupun peringatan dari leluhur yang seringkali kita dengarkan sehari-hari seperti nasi yang menangis jika makanan tidak dihabiskan, ayam mati karena menyisakan makanan, dan sebagainya. Kalimat-kalimat tersebut lebih jauh mengajarkan untuk tidak membuang makanan sisa. Kalimat selanjutnya yang sering didengar ialah ajaran untuk berhenti makan bahkan sebelum kenyang. Kalimat ini juga telah diajarkan dalam agama islam, dan juga dilontarkan secara lisan oleh leluhur untuk mengingatkan bahwa makan yang berlebihan hanya akan menimbulkan penyakit dan juga sampah makanan. Tradisi di Indonesia sendiri juga telah mengajarkan kita untuk saling berbagi kepada sesama, sebagai bentuk kepedulian dan rasa saling memiliki. Tradisi makan bersama seperti kembulan, makan bajamba di Sumatera Barat, megibung di Bali, dan lainnya menunjukkan nilai-nilai tersebut. Berbagi bahan makanan pun juga telah menjadi tradisi di Indonesia, seperti adanya gunungan berisi bahan makanan yang ditata saat upacara adat atau kerajaan sedang berlangsung. Jika menilik secara seksama, solusi terhadap food waste itu sendiri sudah ada di dalam tradisi masyarakat Indonesia.
Tags: baliindonesianjavayogyakarta
- Next INDONESIAN FOR DIPLOMATS PROGRAM
- Previous MORPHOPHONEMIC CHANGE IN INDONESIAN LANGUAGE FROM FORMAL LANGUAGE TO INFORMAL LANGUAGE