Kata ini sering saya dengar biasanya di masjid ketika seorang ustad, dai, ulama, atau imam sedang menyampaikan ajaran agama kepada jamaahnya. Dalam bahasa Indonesia, kata kultum jarang saya dengar di konteks lain. Bahkan di gereja, candi, vihara, klenteng, kuil, apalagi di sinagog. Kultum adalah penyampaian ajaran-ajaran keagamaan yang dibatasi oleh pendeknya waktu.
Maklum, dalam pembicaraan resmi seperti khotbah, pidato, sambutan, atau sejenisnya, orang Indonesia jarang yang dapat menyelesaikannya dalam waktu yang pendek. Salam, kalimat pembuka, dan penyebutan nama-nama tokoh penting yang hadir bisa menyita sepuluh menit sendiri. Tidak jarang waktu tiga puluh menit bagi pembicara adalah waktu yang relatif pendek.
Dan lagi, apa yang disampaikan dalam khotbah, pidato, sambutan, atau sejenisnya itu biasanya kering, datar, normatif, dan membosankan. Pendengar biasanya mengantuk. Mereka akan terbangun kembali manakala sang pembicara menutupnya dengan salam penutup yang dijawab secara serentak oleh para pendengar yang kadang-kadang diikuti tepuk tangan.
Maaf, apakah Anda pernah mendengar kata kultum? Kata ini berasal dari singkatan, mirip dengan kata rudal yang tidak lagi dikenali kalau asalnya dari singkatan ”peluru kendali”. Kultum berasal dari ”kuliah tujuh menit”.
Meskipun berasal dari kata kuliah yang memiliki konteks sebagai pengajaran dosen di universitas, kata kultum tidak dipakai dalam konteks perkuliahan tetapi dalam konteks pengajian. Tepatnya di surau, mushola, masjid hingga masjid agung.
Tentu saja tidak persis tujuh menit. Mungkin bisa lima menit atau sepuluh menit. Seperti sudah disinggung di depan, tidak mudah bagi orang Indonesia berbicara di depan publik dalam waktu sependek tujuh menit. Pendeknya waktu ini mengingatkan saya pada sejumlah materi di internet yang biasa didownload. Lagu, video clip, potongan film, berita TV, dan materi lain yang biasa diupload di Youtube atau 4shared biasanya memiliki rentang waktu 2—12 menit; rata-rata 7 menit.
Saya tidak tahu mengapa tiba-tiba teringat dengan durasi pemutaran materi situs-situs di internet itu sejajar dengan kata kultum ini. Tapi Anda jangan terkecoh dengan kata kuntum yang berarti bunga yang (nyaris) mekar. Sekuntum mawar, sekuntum melati, dan sederet sekuntum bunga lainnya telah menjadi kata penggolong nomina yang menunjuk pada kata bunga.
Kultum mungkin sebuah pembicaraan, pengajaran, ataupun pengajian yang bermanfaat bagi pendengarnya; mirip seperti sekuntum bunga yang menawan bagi siapa saja yang melihatnya.
Catatan: Jika mendengarkan orang Indonesia berpidato, perhatikan apakah dia berbicara lebih dari tujuh menit? Bagaimana dengan guru-guru Wisma Bahasa?