Beberapa orang suka ngemil, sebuah ekspresi untuk menggambarkan aktivitas seseorang makan makanan kecil. Ketika sedang belajar, seseorang bisa melakukannya sambil makan kacang atau pilus. Ketika sedang nonton TV, mereka bisa sambil ngemil popcorn. NgemilNgeKetika sedang ngobrol, mereka bisa ngemil keripik singkong atau makanan kecil lainnya. Ketika sedang bersantai sore hari, seseorang bisa ngemil pisang goreng atau tempe goreng sambil minum kopi.
Ngemil merupakan aktivitas makan makanan camilan (bukan makanan utama) yang mengiringi suatu kegiatan. Ngemil termasuk kegiatan sambilan. Meski begitu, seringkali ngemil bisa menjadi penyebab obesitas. Dan ini penyakit perempuan modern yang telah terkonstruksi oleh sebuah konsep kecantikan.
Biaya ngemil tidaklah mahal karena seseorang bisa membelinya di supermarket, di toko makanan kecil, atau bahkan bisa memasaknya sendiri. Akan tetapi, beda dengan kata yang mirip dengan kata ngemil, yakni ngemal. Kata ini berasal dari nge+mal (pergi dan atau belanja di mal). Ngemal biasanya lebih mahal daripada ngemil.
Pergi dan belanja di mal adalah sebuah budaya baru bagi masyarakat Indonesia. Di mal tidak ada pengemis, pengamen, dan debu. Satpam yang berdiri patuh di pintu masuk mal akan menyeleksi orang-orang yang bakal masuk ke dalamnya. Mereka tidak hanya menyeleksi orang-orang yang membawa metal (bom) tetapi juga para pengemis dan pengamen.
Di mal, debu jalanan yang biasa beterbangan oleh angin tropis akan tertahan di tembok dan jendela kaca mal. Penggunaan AC di berbagai sudut akan menyedot debu-debu yang terlanjur masuk dan menciptakan hawa sejuk di seluruh penjuru mall. Mall bukan hanya tempat belanja, tetapi juga tempat nongkrong atau ngeceng, bahkan tempat minum kopi sambil mengakses internet.
Di sinilah gaya busana terbaru dikenakan orang-orang yang nongkrong itu dengan menggenggam HP keluaran model terbaru juga. Mereka bisa menikmati ayam goreng KFC atau coca-cola tanpa terganggu debu jalanan, keringat karena panas, para pengemis, atau pengamen yang seringkali fals suaranya. Di mal pulalah, nilai-nilai budaya dipertukarbelikan. Mal di seluruh dunia memiliki konstruksi yang sama, tidak hanya dari gedung, teknik pemajangan komoditinya, tetapi juga pada ideologinya.
Dulu ada seorang murid Wisma Bahasa asal Swedia yang mengatakan jika dirinya merasa rindu dengan negaranya, dia akan pergi ke mal. Di sana dia bisa mene-mukan kembali suasana negaranya. Bicara tentang mal, ternyata ada orang-orang Australia yang masih berpikir kalau di Yogya belum ada supermarket atau mal. Mereka masih mengira di Yogya hanya ada pasar tradisional.
Mall tidak hanya menjadi gaya hidup atau standar kehidupan masyarakat Indonesia perkotaan. Mal juga sebuah operasi kapitalisme yang mengglobal. Saya hanya bertanya-tanya, mengapa pelaku ngemil dan ngemal biasanya kaum perempuan. Saya harap ini bukan pertanyaan yang bias gender.
NB:
Konon, guru Ning punya kebiasaan ngemil yang aneh. Dia suka ngemil cabe rawit.
Ngemil = snacking
Ngemal = to go and/or shop in a mall/shopping center
Dipertukarbelikan (di+per+tukar+beli+kan) or diperjualbelikan (di+per+jual+beli+kan) = bought and sold, traded
Menggenggam = to grip
Nongkrong = to sit around
Camilan = snack